Lahat 5 Mei 2025, Disini aku beranikan diri untuk membuat sebuah tulisan yang mungkin penuh kemunafikan, entah itu tentang sebuah rasa ataupun kerinduan yang mendalam terhadap sesuatu yang memang ditakdirkan bukan untuku.
Saat ini aku berjalan sendiri, tanpa ada keinginan untuk
terus maju, semua ambisi yang pernah membara seakan hilang dengan kepedihan
atas kehilangan.
Pernah terbesit diotak untuk melangkah menyusulmu, entah itu
dengan cara apapun, tanpa membahas embel embel agama, namun aku takut kita
tidak bertemu pada dimensi yang sama disana.
Kerap aku bertanya dalam, apakah tuhan itu nyata ? apakah
kita memang hidup beragama ? apa itu islam ? apa itu pengampunan ? semuanya
nampak salah di pikiranku.
pernah aku berpikir apa hikmah dibalik kehilanganmu ? atau memang sang pencipta
itu jahat dan nyata ?
Apa rencananya, adakah hal baik untuk diriku di ujung
penantian ini ? semua hal yang kita rencanakan, dia lahap dengan cara
mengambilmu dari kami semua.
Semua usaha, semua
derita dan mungkin bahagia, seakan tak ada harga di matanya.
Malam ini, aku rindu dengan caramu memperlakukanku, aku
rindu tulusnya perkataan yang kerap kali membuat aku tersanjung, aku rindu
dukungan yang terus membuat aku berdiri kokoh diantara tiang tiang kebangsatan.
Mungkin kemunafikan yang kerap kali ku tunjukan membuatmu
tertawa lepas disana saat ini, harus aku akui, kamu salah satu manusia terbaik
yang pernah aku kenal, kamu salah satu orang terbaik yang pernah aku banggakan
di depan semua orang, dan kamu orang yang paling tulus yang pernah aku miliki.
Tidak ada kata kata pujian, aku hanya ingin menyampaikan,
bahwa aku ingin ucapkan terima kasih banyak, terima kasih atas semua yang
pernah kamu berikan, terima kasih atas semua yang pernah kamu ajarkan, entah
itu ajaran tentang ketulusan ataupun ambisi tentang sebuah kebahagiaan.
Aku berjanji, dirimu akan selalu hadir di setiap ambisi,
disetiap nafas, maupun semua aktifitasku, dan aku tetap berharap, jika
kehidupan abadi itu memang ada, akan ku cari dimana dimensimu ketika aku sampai
disana nanti, dan aku juga berharap, kamu tetap menantiku seperti biasanya
dengan senyuman dan semangat yang sama.
Sekali lagi terima kasih, izinkan aku kembali menata
kehidupanku sebelum aku benar benar sampai batas akhir di dunia ini, salam
hormat dan rindu dariku.
(Novri Yanto)